Novel Rumah di Seribu Ombak merupakan salah satu novel garapan Erwin Arnada yang sebagian besar
menceritakan tentang kuatnya toleransi agama Hindu dan Islam di Kalidukuh,
Kaliasem, Singaraja melalui persahabatan dua anak yaitu Wayan Manik (Hindu) dan
Samihi (Islam). Untuk mengetahui lebih jelas mengenai isi novel Rumah di Seribu Ombak, penulis akan
memaparkan sinopsis Rumah di Seribu Ombak.
Singaraja,
Desember 2009, pantai lovina yang lembut dan basah, awan hitam seakan ingin
menumpahkan kesedihannya lewat hujan. Saat itu Samihi berdiri di mulut pantai
teringat kenangan masa lalunya bersama Wayan Yanik. Di Desa Kalidukuh mereka
menghabiskan masa kecilnya.
Samihi adalah
salah satu anak Desa Kalidukuh, Singaraja. Samihi dan keluarganya adalah umat
muslim. Ayah Samihi berasal dari Sumatra. Sejak dua puluh tahun yang lalu
keluarga Samihi menetap di Desa Kalidukuh, Singaraja. Kakak laki-laki
Samihi tewas tenggelam di laut, oleh karena itu Ibundanya melarang Samihi dan
adiknya mendekati laut. Tidak lama kemudian Ibunda Samihi pun meninggal dunia. Tinggalah
Samihi, Ayah, dan Adik perempuan samihi.
Di Desa Kalidukuh Samihi memiliki sahabat
bernama Wayan Manik, ia biasa dipanggil Yanik dan umurnya lebih tua dari Samihi.
Mereka kali pertama bertemu di Pantai Lovina, saat Samihi dikeroyok oleh
anak-anak Temukus dan Yanik-lah yang menolong Samihi. Saat itu Yanik
putus sekolah karena Ibunya sakit-sakitan dan tidak mampu lagi membiayai
sekolahnya. Ayah Yanik sudah lama meninggalkan keluarganya. Ia bekerja di
Legian dan menikah dengan perempuan lain, sehingga Ayah Yanik menetap di sana. Untuk
membiayai hidup, Yanik menjadi tour guide
turis asing yang berminat snorkling
dan melihat lumba-lumba yang memang sesekali terlihat di Pantai Lovina. Itulah
yang menyebabkan Yanik sangat mencintai laut dan terobsesi pada ikan
lumba-lumba.
Pertemuannya
dengan Yanik sontak membuat Samihi merasa nyaman. Sejak saat itu persahabatan
mulai terjalin diantara mereka berdua. Perbedaan yang ada dalam diri mereka
seakan menjadi hal baru dalam hidup. Mereka merasa cocok karena mereka saling
mengisi satu sama lain. Kegembiraan dan kesedihan mereka hadapi bersama. Perbedaan agama
sama sekali tidak menghalangi mereka untuk menjalin persabatan. Bahkan dengan
kondisi seperti itu mereka belajar untuk saling
mentoleransi satu sama lain. Kisah romansa juga
disuguhkan dalam novel ini. Yanik jatuh cinta kepada Syamimi yang merupakan
adik Samihi. Yanik sudah menaruh hati kepada Syamimi sejak kecil. Syamimi
sebenarnya juga mencintai Yanik tetapi tertahan karena adanya perbedaan agama.
Masalah prinsip yang membuat banyak pasangan di muka bumi ini harus menyerah
kepada hubungan mereka.
Pada suatu ketika di bulan
Ramadhan, Samihi terpilih menjadi salah satu peserta lomba Qiraah mewakili Desa Kalidukuh. Samihi menceritakan hal itu kepada
sahabatnya dengan semangat menggebu-gebu. Yanik pun meminta Samihi untuk
mengaji di hadapannya. Namun yang terjadi malah ejekan yang didapat. Yanik
menganggap suara Samihi hancur, datar, nak turun tidak beraturan, dan
tidak mungkin mendapatkan juara. Demi
sahabatnya, Yanik mengajak Samihi belajar mengolah suara ke Pak Nengah, ahli geguritan di Singaraja.
Bersamaan dengan proses belajar
Samihi, ternyata selama ini Yanik menyimpan rahasia gelap yang membuat dirinya
luar biasa terbebani. Hingga suatu hari, Samihi mengetahui rahasia Yanik.
Sebuah tekanan batin yang tak seharusnya ditanggung oleh seorang anak yang
semestinya bersenang-senang. Rahasia yang membuatnya malu untuk
mengungkapkannya dan menjadi bayang-bayang yang menghantuinya setiap waktu.
Dibalik keceriaan yang selalu dilihat oleh Samihi, Yanik menyimpan sebuah
rahasia yang tak pernah seorangpun mengetahuinya. Selama ini Yanik terbelenggu
oleh ingatannya terhadap perlakuan Andrew, turis asing yang tinggal di Lovina.
Andrew pura-pura baik kepada Yanik, ia membiayai sekolah Yanik, mengajari snorkling, dan pada akhirnya Andrew
melakukan pelecehan seksual kepada Yanik. Andre menderita penyakit kelainan
seksual (pedofilia).
Sejak Yanik membuka rahasia itu
kepada Samihi, ia menjadi pendian dan mudah marah. Sore hari, ketika kedua
sahabat itu mendewa, Yanik mengajak
Samihi untuk menyelinap ke rumah Andre. Yanik ingin mengambil handycam Andrew, di handycam itu ada rekaman gambar Yanik saat diperdaya oleh Andrew.
Namun saat melakukan oprasi ke rumah Andrew, anak buah Andrew melihat Yanik. Beruntung
mereka dapat melarikan diri.
Setelah penyelinapan itu
diketahui oleh anak buah Andrew, yaitu anak-anak temukus yang pernah menjaili
Samihi, nasib Yanik terancam. Andrew berusaha menangkap Yanik. Pada suatu
ketika berhasilah Andrew menangkap Yanik. Perlakuan buruk dilakukan lagi oleh
Andrew kepada Yanik. Samihi sebagai sahabat Yanik dan ikut andil dalam kejadian
itu berusaha mencari pertolongan ke Kelian
Banjar. Samihi menceritakan kejadian yang menimpanya dan Yanik. Dengan
bantuan Ngurah panji, Kelian Banjar
Kalidukuh Samihi bergegas menuju rumah andrew. Sesampainya di rumah Andre,
Ngurah Panji mengetuk pintu dan memberikan salam secra sopan. Pertanyaan demi
pertaanyaan dilontarkan Ngurah Panji pun sangat sopan tanpa emosi, tapi Andrew
malah menutup-nutupi kebohongannya. Kebohongan tetaplah kebohongan. Seberapa
dalam kebohongan dipendam pasti akan terkikis oleh kebenaran. Seperti itulah
kebohongan Andre akhirna terungkap.
12 Oktober 2002, dunia kembali
menghadirkan malapetaka baru. Saat orang-orang tenggelam dalam mimpi dan
kesenyapan malam, suatu peristiwa berdampak besar terhadap nasib masyarakat
Bali, terjadi. Bom meledak di daerah Kuta, Legian terbakar habis. Entah siapa
yang tega melakukan hal itu, yang jelas petaka itu telah menewaskan banyak
nyawa dan melumpuhkan Pulau Bali. Suasana muram menghiasi seluruh daerah di
Bali, termasuk Desa kalidukuh, Ayah Yanik dikabarkan menjadi salah satu korban
bom Bali. Sontak setelah kejadian itu, hubungan dua sahabat mengalami
kerenggangan. Namun, suasana persahabat persahabatan berangsur baik saat Yanik
memaksa Samihi belajar berenang dan menghilangkan traumanya pada air.
Hari-demi dilalui bersama, hingga
tiba saatnya dua sahabat ini terpisah. Yanik dan Ibunya pergi meningalkan Desa.
Hingga mereka dipertemukan untuk terakhir kalinya di acara lomba qiraah. Dengan penuh keyakinan dan
semangat karena Yanik hadir dalam lomba itu, akhirnya Samihi mendapatkan juara
satu. Samihi bahagia sekaligus sedih luar biasa. Bahagia
karena memenangkan lomba. Sedih luar biasa karena melalui kalimat di atas Yanik
mengucapkan kata perpisahannya. Itu adalah pertemuan terakhir Samihi dengan
Yanik.
Seiring berjalannya waktu, Samihi
lahir sebagai sosok baru. Demi Yanik, Samihi berusaha
sekuat tenaga untuk melawan ketakutannya hingga ia berada di posisi yang ia
sendiri tidak pernah impikan. Semua karena Yanik. Jika bukan karena dorongan
Yanik, Samihi tidak akan berani mengambil langkah pertamanya. Langkah pertama
yang kelak akan membawanya menuju jalan hidup yang tak terbayangkan.
Kerja kerasnya pun membawa hasil. Berkat ketekunan, kerja kerasnya, dan
semangat dari keluarga, serta bantuan dari Pak Wayan, Pak Ngurah Panji, dan Pak
Komang Satria Samihi berhasil menjadi pemain surfing hebat. Samihi pun
mendapatkan beasiswa ke Australia untuk meningkatkan bakatnya dan melanjutkan
sekolah di sana. Selama di Australia Samihi menjadi simbol keberhasilan anak
Indonesia sebagai surfer dan
mahasiswa pandai.
Samimi, adik Samihi mulai
kesepian saat ditinggal kakak tercintanya. Namun, beberapa hari ia merasa ada
yang mengawasi dan melindunginya. Ternyata dia adalah Yanik. Yanik telah
kembali ke Kalidukuh. Samimi sangat senang Yanik kembali. Saking senangnya
setiap hari Samimi mengunjungi rumah Yanik demi menengok Meme Yanik yang sedang
sakit. Hubungan Yanik dan Samimi semakin hari semakin mmemberikan pencerahan
hidup Takkuat menahan perasaan cinta yang selama ini dipendam oleh Yanik, Yanik
pun memiliki keinginan untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Samimi. Dia
menunggu waktu yang tepat untuk moment
itu. Setelah rencana itu tersusun, Yanik mengajak Samimi ke tengah samudra dan
ia pun mengungkapkan isi hatinya. Cintanya tak bertepuk sebelah tangan, Samimi juga merasakan hal sama kepada Yanik.
Namun, perbedaan yang ada diantara mereka menjadi suatu keraguan bagi samimi.
Takdir selalu datang tiba-tiba
dan tidak ada yang bisa menghirdar. Meme Yanik meninggal. Sekarang tinggal
kesendirian yang melanda Yanik. Kepedihan lebih menghantam Yanik saat mndengar
Samimi akan menyusul kakannya ke Australia. Berita itu meang benar, tetapi
Samimi tidak ingin ingin pergi. Ia ingin menemani Ayahnya dan menetap di
Kalidukuh. Kesalahpahaman itu membawa petaka bagi Yanik. Pagi itu Samimi ingin
mengajak Yanik untuk menelepon Samihi. Samimi kaget saat ia menemukan surat
dari Yanik yang ditujukan kepadanya. Tak seperti anak seusianya, Yanik berani
menentukan tujuan akhir hidupnya. Dengan penuh keyakinan Yanik membiarkan
jarinya dan tubuhnya menyentuh ombak.
Yanik telah pergi dengan jiwanya.