oleh Safitri Nurul Wahyuni
Satu sampah
mengundang sampah-sampah yang lain. memang itulah yang terjadi. Kita harus
sadar bahwa manusia adalah penghasil sampah. Sampah-sampah lahir dan hidup di
tengah kehidupan masyarakat. Sampah memang tak bisa dipisahkan dari kehidupan,
oleh karena itu perlu adanya kesadaran diri manusia dalam memperlakukan sampah.
21 Februari Indonesia
memperingati Hari Peduli Sampah Nasional untuk mengenang tragedi longsornya TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Leuwigajah
yang menelan 143 korban. Tragedi yang terjadi pada 21 Februari 2005 oleh
pemerintah ditetapkan sebagai hari Peduli Sampah Nasional. Peringatan Hari
Peduli Sampah Nasional sebenarnya tidak hanya terjadi dalam satu hari yang
telah ditentukan, namun setiap waktu adalah hari sampah. Hari sampah yang saya
maksud adalah hari di mana kita peduli terhadap lingkungan serta peka tehadap
keberadaan sampah.
Namun
apa yang terjadi? Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan
masih rendah. Tidak heran jika kita masih menemui sampah di sudut-sudut kota.
Mari kita tengok selokan, sungai, pinggir-pinggir jalan, pantai, tempat wisata,
pasar, bahkan di tempat-tempat pendidikan dasar, menengah, hingga perguruan
tinggi sampah seakan melilit kita.
Slogan
“Buanglah sampah pada tempatnya; Dilarang buang sampah di sungai/tempat ini;
Hanya binatang yang membuang sampah di sini, dll.” hanya menjadi kata yang
terpampang tanpa suara, dihiraukan begitu saja.
Perlu
kita ketahui bahwa satu sampah yang kita buang di sembarang tempat akan
mengundang sampah-sampah lain. Orang akan berpikir “ah... sudah ada sampah di
situ” dan ia akan membuang sampahnya di tempat itu pula, begitu seterusnya
hingga sampah berserakan pada tempat yang mulanya bersih.
Siapa
sangka, aktivitas tersebut tertanam pada diri kita hingga secara tidak sadar
kita melakukannya setiap saat, tanpa melihat tempat di mana kita berdiri. Yang kita butuhkan saat ini adalah kesadaran akan kepedulian terhadap
lingkungan. Sampah yang kita buang tidak pada tempatnya akan kembali lagi
kepada kita. Ibaratnya kita membuang sampah pada diri kita. Banyak sekali
contohnya, salah satunya adalah sampah-sampah yang kita buang di laut dengan
harapan kita tidak akan melihatnya kembali malah sebaliknya, laut akan mengirim
kembali sampah-sampah iru. Sampah akan terdampar di pinggir pantai dan meminta
untuk segera dikembalikan ke tempat yang sebenarnya.
Oleh karena itu,
mulailah diet untuk tidak membung sampah sembarangan. Sampah apapun, entah sampah organik maupun nonorganik.
Percuma jika kita hanya menyalahkan pemerintah dalam masalah kepedulian
lingkungan apabila kita (sebagai penghasil sampah) tidak mengulurkan kepedulian
untuk rumah kita, Nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar